pendidikan

Senin, 16 Mei 2011

Bahagia Atau Sukses?



bahagiaBahagia Dulu Atau Sukses Dulu?

Jangan memilih bahagia atau sukses sebelum memahaminya dan bagaimana kaitan antara keduanya. Sekali lagi, kita perlu bertindak berdasarkan ilmu, bukan hanya dari pikiran selintas dan pemahaman yang dangkal. Jika Anda sudah memahami apa itu bahagia dan sukses maka Anda tidak akan memilih salah satunya, tetapi keduanya.
Ada yang berpikir kita akan bahagia jika sudah sukses? Salah? Kata siapa?
Sukses akan membuat Anda bahagia. Serius. Memang, ada yang mengatakan bahwa sukses tidak tentu akan membuat seseorang bahagia. Tentu saja, jika dia tidak mensyukuri kesuksesannya, maka dia tidak akan pernah bahagia dengan kesuksesannya. Tetapi, kesuksesan bisa memicu kebahagiaan.

Bahagia Karena Sukses

Pertama, kita perlu mendefinisikan sukses dulu. Jika banyak filosofi sukses yang ribet untuk dipahami, maka saya mendefinisikan sukses dengan kalimat yang sederhana, sukses itu adalah mendapatkan dan atau memiliki apa yang Anda inginkan. Sukses itu bukan berarti kaya. Orang kaya memang pernah sukses yaitu mendapatkan kekayaanya saat ini. Kemudian dia bersyukur atas kekayaannya maka dia akan bahagia. Orang kaya juga bisa sekaligus menjadi orang gagal saat dia tidak mendapatkan atau memiliki sesuatu yang dia inginkan. Jadi kaya belum tentu sukses dan sukses belum tentu kaya.
Setelah kita memahami apa itu sukses, Anda bisa meihat bahwa diri Anda pun memiliki kesuksesan. Anda saat ini telah mendapatkan dan memiliki apa yang Anda inginkan. Lihatlah diri Anda. Apakah Anda bahagia? Harus. Syukuri apa yang Anda dapatkan dan miliki saat ini. Apa yang Anda dapatkan dan apa yang Anda miliki saat ini adalah sumber kebahagiaan Anda.
Memiliki istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, dan kendaraan yang baik adalah indikasi kebahagiaan. Kata siapa? Ini sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiga indikasi kebahagiaan anak Adam, dan tiga indikasi kesengsaraan anak Adam; indikasi kebahagiaan anak cucu adam adalah istri yang shalehah, tempat tinggal yang baik dan kendaraan yang baik. Sedangkan indikasi kesengsaraan anak Adam adalah istri yang berakhlak buruk, tempat tinggal yang buruk dan kendaraan yang buruk.” (HR Ahmad No 1368)
Termasuk juga tetangga yang baik.
Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Termasuk kebahagiaan seseorang adalah tetangga yang baik, kendaraan yang menyenangkan dan tempat tinggal yang luas.” (HR Ahmad No 14830)
Dari dua hadits diatas kita bisa melihat bahwa apa yang kita dapatkan dan miliki bisa menjadikan diri kita bahagia. Sukses bisa menyebabkan Anda bahagia. Tentu saja, pemahaman kita tentang bahagia tidak cukup sampai disini, tidak cukup hanya melihat sisi duniawi atau fisik semata. Mari kita lanjutkan pembahasannya.

Kesulitan Bukan Halangan Untuk Bahagia

Sukses memang bisa membuat kita bahagia, tetapi bukan berarti dalam kesulitan kita tidak bisa bahagia. Kita harus merujuk kepada apa yang disebut bahagia? Bahagia adalah kondisi pikiran Anda yang menyenangkan. Jika bahagia kondisi pikiran, maka kebahagiaan tidak akan terhalang meski kondisi fisik Anda sedang sulit. Artinya jika Anda mampu mengkondisikan pikiran Anda, Anda bisa bahagia, bagaimana pun kondisi fisik Anda.

Kerelaan Adalah Kunci Bahagia Saat Sulit

Anda tetap bisa bahagia meski Anda dalam keadaan sulit. Kuncinya adalah kerelaan hati atas kesulitan yang sedang Anda alami.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Di antara kebahagiaan anak Adam adalah istikharahnya (memohon pilihan dengan meminta petunjuk kepada Allah) kepada Allah, dan diantara kebahagiaan anak Adam adalah kerelaannya kepada ketetapan Allah, sedangkan diantara kesengsaraan anak Adam adalah dia meninggalkan istikharah kepada Allah, dan diantara kesengsaraan anak Adam adalah kemurkaannya terhadap ketetapan Allah.” (HR Ahmad No 1367)
Seperti para Nabi, mereka bahagia meski diuji dengan kesulitan karena mereka memahami apa yang ada dibalik ujian tersebut. Mereka bahagia dengan ujian sebagaimana mereka bergembira dengan sebuah kemudahan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Ujian kami para Nabi berlipat ganda sebagaimana kami mendapatkan pahala yang berlipat ganda pula. Ada diantara Nabi yang diuji dengan kutu yang membuatnya meninggal, ada juga diantara Nabi yang diuji dengan kemiskinan hingga dia harus menanggung beban yang amat berat dan melemahkannya, tetapi mereka berbahagia dengan ujian sebagaimana mereka bergembira dengan sebuah kemudahan. (HR Ahmad No 11458)

Bahagia Yang Hakiki

Cukuplah hadits dibawah ini menjelaskan tentang kebahagiaan yang hakiki:
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Qatadah dari Anas, Seringkali Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam berkata, “Ya Allah, kehidupan yang menyenangkan itu hanya kehidupan akhirat”. Syu’bah berkata, Atau berkata, “Ya Allah tidak ada kehidupan bahagia yang hakiki kecuali kehidupan akhirat, maka muliakanlah kaum Anshar dan muhajirin“”. (HR Ahmad No 12306)

Mari Kita Berdo’a Agar Bahagia

Telah menceritakan kepada kami Yazid telah mengabarkan kepada kami Fudlail bin Marzuq telah menceritakan kepada kami Abu Salamah Al Juhani dari Al Qosim bin Abdurrahman dari ayahnya dari Abdullah ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang hamba pun ketika dilanda sakit dan sedih lalu mengucapkan; ALLAHUMMA INNI ‘ABDUKA WABNU ‘ABDIKA WABNU AMMATIKA, NASHIYATI BIYADIKA MADLIN FI HUKMIKA ‘ADLUN FI QADLA`UKA, AS`ALUKA BIKULLI ISMIN HUWA LAKA SAMMAITUKA BIHI NAFSAKA AU ANZALTAHU FI KITABIKA AU ‘ALLAMTAHU AHADAN MIN KHALQIKA AU ISTA`TSARTA BIHI FI ‘ILMIL GHAIB ‘INDAKA AN TAJ’ALAL QUR`AN RABI’A QALBI WA NURA SHADRI WA JILA`A HUZNI WA DZAHAABA HAMMI ILLA ADZHAMALLAHU ‘azza wajalla HAMMAHU WA ABDALAHU MAKANA HUZNIHI FARAHAN. (Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hambaMu, anak hambaMu, (Adam) dan anak hamba perempuanMu (Hawa), ubun-ubunku di tanganMu, keputusanMu berlaku padaku, qadlaMu kepadaku adalah adil. Aku mohon kepadaMu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau gunakan untuk diriMu, yang Engkau turunkan dalam kitabMu. Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhlukMu atau yang Engkau khususkan untuk diriMu dalam ilmu ghaib di sisiMu, hendaknya Engkau jadikan Al Qur’an sebagai penenteram hatiku, cahaya di dadaku, pelenyap duka dan kesedihan), kecuali Allah ‘azza wajalla akan menghilangkan kesedihan dan menggantikan kedukaan menjadi kebahagiaan.” Mereka bertanya; Wahai Rasulullah, sepantasnyalah kami mempelajari kalimat-kalimat itu. Beliau menjawab: “Benar, sepantasnya orang yang mendengarnya untuk mempelajarinya.” (HR Ahmad No 4091)
Mudah-mudahan kita semua menjadi orang yang bahagia.

Selasa, 26 April 2011

Jangan Pernah Berhenti Belajar, atau…



Waktu saya kecil, saya pernah mendengar suatu cerita lucu. Namun dibalik kelucuannya ada hikmah yang bisa kita ambil pelajarannya. Waktu mendengarkan cerita ini, kami tertawa, karena lucunya. Tapi sekarang saya berpikir, jangan-jangan, selama ini saya sering ditertawakan orang lain seperti saya menertawakan tokoh yang ada dalam cerita ini. Bagaimana dengan Anda? Mungkin orang lain pun suka menertawakan Anda.
Ada seorang bapak dari kampung. Bapak ini tidak bisa membaca, tetapi dia tertarik dengan mendengarkan radio seperti tetangganya. Belum ada TV karena belum ada listrik, sehingga radio menjadi primadona karena bisa dijalankan dengan baterai. Bapak itu pun memutuskan untuk pergi ke kota untuk membeli sebuah radio. Dia bertanya kepada tetangganya, dimana membeli radio dan radio yang seperti apa yang bagus.
Dia mendapatkan info tempat membeli radio dan cara memilih radio yang bagus. Kata tetangganya, radio yang bagus adalah radio Sony. Dengan berbekal uang Rp 500.000 dan ongkos perjalanan, dia pun pergi ke kota untuk membeli sebuah radio. Setelah berjalan, naik ojek, naik angkutan pedesaan, dan angkotan kota sambil tanya sana sini, akhirnya dia sampai juga di tempat yang menjual barang elektronik, tentu saja salah satunya radio.
Sesampainya di toko tersebut, bapak ini langsung bertanya kepada pelayan toko,
“Ada radio Sony mbak?”
Dengan ramahnya pelayan menjawab,
“Tentu saja ada. Silahkan pilih ada berbagai model.” sambil menunjukan rak yang berisi khusus radio bermerk Sony.
Ternyata si bapak bingung mau memilih mana karena semua radio tampaknya bagus.
“Bapak mau yang mana?” tanya si pelayan.
“Saya bingung.” kata si bapak sambil terus memperhatikan sederetan radio.
“Oh, bapak mau membeli radio yang harga berapa?” tanya si pelayan tetap ramah.
“Saya punya uang Rp 500.000″. jawab si bapak.
“Oh begitu, mungkin bapak cocok dengan radio ini. Harga Rp500.000 kurang.”
“Ya sudah, saya beli yang itu. Betulkan ini radio Sony?”
“Betul pak, ini Radio Sony.”
Setelah transaksi selesai, si bapak pun pulang ke kampung dengan senangnya. Tetapi keesokan harinya si bapak kembali lagi ke toko tersebut sambil marah-marah…
“Katanya ini Radio Sony, ternyata bukan. Kalian mau menipu saya?” katanya dengan keras sambil menunjukan radionya.
Para pelayan takut, karena tampilan si bapak kayak seorang pendekar dengan baju silatnya. Akhirnya pemilik toko tersebut menghampiri bapak tersebut.
“Ada yang bisa saya bantu pak.”
“Pelayan kamu menipu saya, katanya ini radio Sony, ternyata bukan!”
Pemilik toko bingung, sebab dia tahu kalau radio itu memang bermerk Sony.
“Betul pak, ini radio Sony.” kata pemilik toko berusaha menjelaskan.
“Bukan! Saat saya nyalakan radio, radio ini berbunyi: ‘Inilah radio Republik Indonesia.’ Kalian menipu saya, sebab ini bukan radio Sony, tetapi radio republik Indonesia!”
Bagaimana kelanjutan kisah ini? Silahkan lanjutkan sendiri.
Belajarlah terus, karena bisa saja ilmu yang kita miliki sudah kadaluarsa atau bahkan salah. Kita terus meyakini apa yang kita tahu sehingga semua perilaku kita didasari oleh keyakinan tersebut. Mungkin benar menurut kita, karena sebatas itulah ilmu kita. Tetapi belum tentu menurut orang lain. Bisa saja, saat kita berdebat dan merasa pintar, padahal di belakang kita, lawan debat kita malah menertawakan kita. Belajarlah sampai akhir hayat.

MOTIVASI CINTA


motivasi cintaApa sebenarnya yang menjadi motivasi cinta? Cinta yang dimaksud adalah cinta kepada sesama. Untuk cinta kepada Allah, saya yakin sudah banyak yang membahasnya. Pada kali ini, saya ingin fokus membahas tentang cinta kepada sesama makhluq, terutama kepada sesama manusia.
Motivasi cinta begitu kuat. Banyak kasus, yang katanya demi cintanya kepada sang kekasih dia rela melakukan apa pun, termasuk bunuh diri. Belum lagi, coba dengarkan lagu-lagu tentang cinta yang sering mengatakan bahwa apa pun akan dilakukan demi cinta.
Dalam film, sinetron, lagu, dan berbagai budaya lainnya, sering kali cinta begitu diagungkan. Seolah segalanya. Sayangnya, cinta tersebut didominasi oleh cinta kepada lawan jenis. Dalam agama Islam, bukanlah dilarang untuk mencintai lawan jenis. Laki-laki mencintai wanita dan sebaliknya. Allah memang menciptakan rasa cinta kepada manusia. Karena cinta adalah anugrah dari Allah, maka cinta harus digunakan sesuai dengan kehendak Allah SWT. Inilah yang seharusnya menjadi motivasi cinta.
Dari Anas bin Malik ra berkata: Nabi Muhammad saw bersabda: “Seseorang tidak akan pernah mendapatkan manisnya iman sehingga ia mencintai seseorang, tidak mencintainya kecuali karena Allah; sehingga ia dilemparkan ke dalam api lebih ia sukai daripada kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan darinya; dan sehingga Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya.” (Imam Al Bukhari).
Hadits ini memang ditujukan bagi kita yang mau merasakan manisnya iman. Bukan “manisnya” pelampiasan hawa nafsu. Oleh karena itu, dalam mencintai seseorang (istri, suami, anak, orang tua, dan sebagainya) harus karena Allah seperti yang dikatakan Rasulullah saw dalam hadits diatas: tidak mencintainya kecuali karena Allah. Motivasi cinta, harus karena Allah SWT.
Jika motivasi cinta kita hanya karena Allah, maka siapa yang dicintai dan bagaimana cara mencintai harus sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Bagaimana dengan pacar? Saya tidak sedang membahas haram tidaknya pacaran. Saya juga tidak sedang membahas apakah ada yang namanya pacaran islami. Yang ingin saya tekankan disini, jika kita mencintai seseorang, siapa pun itu, motivasi cinta tersebut harus karena Allah SWT dan sesuai dengan ketentuan Allah SWT.
Yang kedua, sebesar apa pun cinta Anda kepada sesama makhluq, bahkan kepada anak dan orang tua, tetap Allah dan Rasul-Nya harus lebih dicintai. Apalagi hanya cinta kepada seorang pacar yang belum ada ikatan hukum sama sekali dalam pandangan agama. Jangan sampai melebihi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Salah satunya tidak melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya demi cinta kepada kekasihnya. Seperti mendekati zina apalagi sampai melakukannya.
Manusia hidup hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Itulah motivasi hidup sejati manusia. Termasuk motivasi cinta. Cintai istri karena Allah. Cintai suami karena Allah. Cintai anak, orang tua, kakak, dan sudara seiman lainnya hanya karena Allah. Karena inilah motivasi cinta sejati.

Sabtu, 23 April 2011

Kata-kata hikmah, Motivasi & Nasihat


kata-hikmah-23.jpg
Sesuatu yang baik, belum tentu benar. Sesuatu yang benar, belum tentu baik.

Sesuatu yang bagus, belum tentu berharga. Sesuatu yang berharga/berguna, belum tentu bagus.

Fikiran yang terbuka dan mulut yang tertutup merupakan suatu kombinasi kebahagiaan.

Semakin banyak Anda berbicara tentang diri sendiri, semakin banyak pula kemungkinan untuk Anda berbohong.

Jika Anda tidak boleh menjadi orang pandai, jadilah orang yang baik.
Perbezaan antara mereka yang berjaya dengan yang lain bukanlah kerana kekurangan kekuatan atau ilmu, tetapi lebih kepada kekurangan kesungguhan dan kemahuan.

Seorang teman sejati akan membuat Anda hangat dengan kehadirannya, mempercayai akan rahsianya dan mengingati Anda dalam doa-doanya.

Doa memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang tidak percaya menjadi percaya dan memberikan keberanian pada orang yang ketakutan.

Jika kita berbuat baik, kebaikan pula yang akan kita terima kelak.

Senyum tidak hanya akan menampilkan wajah yang cerah, namun juga menghangatkan jiwa.

carilah kesempatan dalam apa jua perkara demi keharmonian dan kesejahteraan hidup kita, yang entah bila berakhirnya. Tiada siapa tahu..

Cinta itu angkuh dan lembut. Lebih baik memiliki cinta daripada memiliki semua bintang di langit.

Yang penting bukan berapa lama kita hidup, tetapi bagaimana kita hidup.

Nasihat yang baik tidak pernah datang terlambat.

Iri hati yang ditunjukan kepada seseorang akan melukai diri sendiri.

Anda cuma boleh hidup sekali saja didunia ini, tetapi jika anda hidup dengan benar, sekali saja sudah cukup.

Apabila engkau telah berazam, maka bertawakallah kepada Allah.

Orang yang terlalu memikirkan akibat dari sesuatu keputusan atau tindakan, sampai bila-bilapun dia tidak akan menjadi orang yang berani.

Kenangan indah masa lalu hanya untuk dikenang, bukan untuk diingat-ingat.

Rasa takut bukanlah untuk dinikmati, tetapi untuk dihadapi.

Orang bijaksana selalu melengkapi kehidupannya dengan banyak persahabatan.

Lidah anda yang menentukan siapa anda.

Diantara isi rumah tangga, anak-anaklah yang terbaik.

Cinta seringkali akan lari bila kita mencari, tetapi cinta jua seringkali dibiarkan pergi, bila ia menghampiri.

Kasihanilah musuhmu, berbuat baiklah pada orang yang membenci kamu, mintaklah berkat bagi orang yang mengutuk kamu. Berdoalah untuk orang yang mencaci kamu - confusius

Jika kejahatan di balas kejahatan, maka itu adalah dendam. Jika kebaikan dibalas kebaikan itu adalah perkara biasa.
Jika kebaikan dibalas kejahatan, itu adalah zalim. Tapi jika kejahatan dibalas kebaikan, itu adalah mulia dan terpuji.

Jika Anda tidak memulai hari ini dengan senyuman, belum terlambat untuk mencubanya pada hari esok.

Buka mata kita lebar-lebar sebelum menikah, dan biarkan mata kita setengah terpejam sesudahnya

Persahabatan sejati layaknya kesihatan, nilainya baru kita sedari setelah kita kehilangannya.

Seorang sahabat adalah yang dapat mendengarkan lagu di dalam hatimu dan akan menyanyikan kembali tatkala kau lupa akan bait-baitnya.

Bertemanlah dengan orang yang suka membela kebenaran. Dialah hiasan dikala kita senang dan perisai diwaktu kita susah.

Berkenalanlah dengan Allah pada waktu senang, nescaya Allah akan kenal kepada engkau pada waktu susah.

Bemuafakatlah dengan diri anda sendiri sebagaimana anda bermuafakat dengan kawan tatkala hendak menentukan arah tujuan.

Manusia yang pintar ialah manusia yang mengambil ikhtibar daripada sesuatu dilihatnya dan menerima nasihat yang didengarnya

Orang yang berakal tetapi tidak mempunyai adab, seumpama pahlawan yang tiada senjata.

kecantikkan yang abadi ialah pada keelokkan adab dan ketinggian ilmu seseorang, bukan pada wajah dan pakaiannya.

Namun kita tidak akan pernah memiliki seorang teman, jika kita mengharapkan seseorang tanpa kesalahan. Kerana semua manusia itu baik kalau kita boleh melihat kebaikannya dan menyenangkan kalau kita boleh melihat keunikannya tapi semua manusia itu akan buruk dan membosankan kalau kita tidak boleh melihat keduanya.

Tak seorang pun sempurna. Mereka yang mahu belajar dari kesalahan adalah bijak. Menyedihkan melihat orang berkeras bahawa mereka benar meskipun terbukti salah.

Bila Kita mengisi hati kita dengan penyesalan untuk masa lalu dan kekhuwatiran untuk masa depan, kita tak memiliki hari ini untuk kita syukuri.

Perlukah merasa kecil dan malu dihina? Orang yang dihina itu sebenarnya memungut pahala percuma tanpa perlu bersusah payah.

Semulia-mulia manusia ialah siapa yang mempunyai adab, merendahkan diri ketika berkedudukan tinggi, memaafkan ketika berdaya membalas dan bersikap adil ketika kuat.
(Khalifah Abdul MAlik bin Marwan)

Barang siapa yang selalu kekenyangan maka banyaklah dagingnya, dan siapa yang banyak dagingnya maka kuatlah nafsunya. Siapa yang kuat nafsunya maka banyaklah dosanya, siapa yang banyak dosanya maka keraslah hatinya dan siapa yang keras hatinya maka tenggelamlah dia dalam bencana dunia serta keindahannya

Sesungguhnya sebahagian perkataan itu ada yang lebih keras dari batu, lebih tajam dari tusukan jarum, lebih pahit daripada jadam dan lebih panas daripada bara.

Sesungguhnya hati adalah ladang, maka tanamlah ia dengan perkataan yang baik, kerana jika tidak tumbuh semuanya (perkataan yang tidak baik) niscaya tumbuh sebahagiannya

Tidak ada simpanan yang lebih berguna daripada ilmu. Tidak ada sesuatu yang lebih beruntung daripada adab. Tidak ada kawan yang lebih bagus daripada akal. Tidak ada benda ghaib yang lebih dekat daripada maut.

Jangan terlalu memikirkan pandangan orang terhadap anda, fikrikan apa pandangan anda terhadap diri anda sendiri.
Tidak ada lautan yang luas, lurah yang dalam, bulan yang tinggi dan jalan yang susah bagi orang yang mahu.

Sekali tidak berhasil bukan berarti gagal selamanya

Kebahagiaan tak kan pernah boleh dibeli dengan wang ringgit.

Orang yang banyak ketawa itu kurang wibawanya. Orang yang suka menghina orang lain, dia juga akan dihina. Orang yang mencintai akhirat, dunia pasti menyertainya. Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain,pasti kehormatan dirinya akan terjaga.

Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil di sisi Allah,laksana berada di atas mimbar yang terbuat dari cahaya. Mereka itu orang-orang yang berlaku adil dalam menetapkan hukum, baik kepada rakyat maupun kepada keluarga

Tiga sifat yang menyebabkan penyandangnya tidak tenteram dalam hidupnya : iri, dengki, dan akhlak buruk

Hiduplah Sesuka hatimu, Sesungguhnya kamu pasti mati. Cintai siapa saja yang kamu senangi, Sesungguhnya kamu pasti akan berpisah dengannya. Lakukan apa saja yang kamu kehendaki, Sesungguhnya kamu akan memperolehi balasannya.

Tidak ada kebaikan bagi pembicaraan kecuali dengan amalan. Tidak ada kebaikan bagi harta kecuali dengan kedermawanan. Tidak ada kebaikan bagi sahabat kecuali dengan kesetiaan. Tidak ada kebaikan bagi shadaqah kecuali niat yang ikhlas.Tidak ada kebaikan bagi kehidupan kecuali kesehatan dan keamanan.
Hari ini sebelum kita mengatakan kata-kata yang tidak baik,Fikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berkata-kata sama sekali.

Sebelum kita mengeluh tentang rasa dari makanan, Fikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa, Fikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan.

Sebelum kita mengeluh bahawa kita buruk, Fikirkan tentang seseorang yang berada pada keadaan yang terburuk di dalam hidupnya.

Sebelum mengeluh tentang suami atau isteri anda, Fikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup.

Hari ini sebelum kita mengeluh tentang hidup, Fikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.

Sebelum kita mengeluh tentang anak-anak kita, Fikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul.

Sebelum kita mengeluh tentang rumah yang kotor kerana pembantu tidak mengerjakan tugasnya, Fikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan.

Dan di saat kita letih dan mengeluh tentang pekerjaan, Fikirkan tentang pengangguran, orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti kita.

Sebelum kita menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain, Ingatlah bahawa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa.

Dan ketika kita sedang bersedih dan hidup dalam kesusahan, Tersenyum dan berterima kasihlah kepada Tuhan bahawa kita masih hidup !

Kekuatan peribadi, akhlak bentuk pemimpin mulia



Oleh Prof Dr Sidek Baba

PENDEKATAN bersepadu memberikan kepentingan nilai yang berasaskan agama, budaya dan tradisi yang baik diungkapkan dengan bijaksana dan sifatnya merentasi kurikulum dan kokurikulum.

Dalam konteks masyarakat berbilang kaum, proses kesalingan dan kekenalan atau litaarrafu perlu disuburkan. Ia supaya wujud proses menghargai dan menghormati nilai positif dan perbezaan. Dengannya juga bakal teradun nilai bersama yang menyumbang ke arah pengkayaan hati budi dan tidak bercanggah dengan faktor akidah dan syarak.

Sekiranya pendidikan Islam difahamkan sebagai pendidikan akidah, ibadah dan akhlak semata-mata tanpa melihat kepentingan ilmu alat seperti matematik, sains dan teknologi, pembangunan manusia hanya berlaku dalam konteks kekuatan peribadi dan akhlak serta menafikan pemahaman dan penguasaan ilmu alat.

Sumbangan yang bakal diberikan kepada pembangunan umat tidak akan menyeluruh sifatnya. Hal yang sama juga boleh berlaku apabila pembangunan pendidikan hanya menumpu kepada kekuatan ilmu alat dan melupakan kepentingan nilai. Kita akan melahirkan manusia mekanistik dan robotik yang hilang etika dan kemanusiaan tinggi.

Jalan terbaik ialah mengambil pendekatan integratif yang mampu menggabungkan kedua-dua keperluan utama iaitu kekuatan peribadi dan akhlak serta keunggulan penguasaan ilmu alat. Sekiranya generasi muda Islam memiliki dua kekuatan ini, corak perubahan negara dan umat pada masa depan tentunya berada dalam acuan kita sendiri.

Acuan yang bermaksud pengolahan sistem nilai yang dinamik. Ia juga mampu menjadi asas amalan dan dimanifestasikan dalam jihad ilmu dan pendidikan.

Memang diakui salah satu cabaran terpenting dalam jihad ini ialah memahami konteks perubahan, pembangunan dan kemajuan yang pernah berjalan mengikut perspektif Islam. Begitu juga perubahan, pembangunan dan kemajuan mengikut perspektif semasa yang paksinya ialah pembaratan.

Globalisasi yang sedang berjalan adalah bukti jelas bagaimana hegemoni Barat begitu rancak menjebak umat Islam, khususnya generasi muda. Keadaan itu sehingga menimbulkan persoalan moral dan sosial yang amat menakutkan.

Faktor perubahan adalah sesuatu yang tidak boleh dielakkan. Ia adalah fitrah dalam kehidupan dan tamadun umat manusia. Suatu ketika dulu kegemilangan tamadun berpusat di Andalusia dan Baitul Hikmah. Ia dilambangkan dengan kekuatan ilmu yang integratif dan menjadi rujukan Barat dan Timur lebih 600 tahun. Selepas kejatuhan Baghdad dan Andalusia, kebangkitan Barat semakin terserlah. Mereka melakukan misi penjajahan serta pengembangan ilmu dan pendidikan yang tidak lagi bertunjangkan nilai murni. Sebaliknya, mewujudkan faham orientalisme yang meremehkan Timur dan Islam.

Globalisasi kini adalah mercu tanda penguasaan Barat terhadap Timur dan Islam. Ia menyebabkan Timur dan umat Islam menjadi pengkagum dan pengguna setia terhadap produk Barat dalam pelbagai bentuk.

Dalam konteks umat Islam, nostalgik atau kagum terhadap kehebatan silam harus didukung dengan upaya strategik memahami faktor semasa. Hal ini supaya ia releven dengan tuntutan sezaman dan cabaran lingkungan.

Mengagumi model masyarakat madani yang dibina oleh Rasulullah SAW di Madinah, umpamanya, mestilah dalam pengertian yang amat mendalam terhaadap roh, semangat dan prinsip yang di tinggalkan oleh Rasulullah SAW. Hal ini supaya ia mampu diterjemahkan dalam realiti yang sudah berubah.

Memahami perubahan dalam konteks Islam merujuk kepada perubahan bentuk, bukannya isi. Maksud atau maqasid daripada perubahan selalunya tidak berubah. Pada zaman Rasulullah SAW, unta, kuda dan keldai digunakan sebagai alat kenaikan dan pengangkutan. Pada hari ini kereta, lori dan jet digunakan sebagai alat kenaikan dan pengangkutan. Perubahan kepada bentuk ini tidak boleh dielakkan kerana perkembangan ilmu, penyelidikan dan kemajuan teknologi terus berlaku. Tetapi, maksud perubahan ini tetap tidak lari daripada maqasid utama pengangkutan iaitu bagi kepentingan penumpang dan membawa barangan.

Hal yang sama juga dalam prinsip riba yang menjadi pedoman muamalah, jual-beli dan perdagangan dalam Islam. Pada zaman Rasulullah SAW transaski berlaku secara tukaran barangan dengan mengekalkan amalan tanpa riba. Pada masa ini proses transaksi berlaku dengan lebih canggih. Pewujudan Bank Islam dan Takaful Islam, umpamanya, berjalan menggunakan mekanisme semasa tetapi larangan terhadap riba tetap dipatuhi. Perubahan transaksi berubah dari segi bentuknya.

Antara strategi utama yang boleh mencapai matlamat mengisi perubahan ialah dengan melakukan proses pengIslaman ilmu. PengIslaman ilmu adalah suatu tuntutan bagi menghadapi globalisasi. 

kata-kata bijak"Pahala besar beri nafkah kepada ibu"

Pahala besar beri nafkah kepada ibu

Hak Muslim Oleh Musa Awang

Anak bertanggungjawab bantu setakat mampu selagi tak bebankan keluarga

SAYA sudah berumah tangga dan mempunyai pekerjaan tetap tetapi pendapatan saya kini tidak cukup untuk menyara keluarga saya memandangkan suami saya baru saja diberhentikan kerja. Oleh itu, segala urusan perbelanjaan rumah dan harian kini bergantung kepada pendapatan saya yang tidak seberapa. Pada masa yang sama saya masih mempunyai seorang ibu yang tidak bekerja dan tidak mempunyai pendapatan tetap. Adik saya ada memberi sumbangan kepada ibu secara tetap setiap bulan. Sebelum saya berkahwin dan selepas kahwin saya masih menjalankan tanggungjawab memberi perbelanjaan kepada ibu. Namun sejak tiga bulan ini, saya gagal memberi sebarang sumbangan kewangan kepada ibu berikutan kesempitan hidup yang terpaksa saya lalui. Ibu menggunakan kesempatan ini untuk memburukkan keadaan dan menuduh saya sebagai anak yang tidak mengenang budi dan anak derhaka. Keadaan ini memberi tekanan kepada saya menyebabkan jiwa saya tidak tenteram. Adakah menjadi satu dosa jika saya tidak memberi sebarang perbelanjaan kepada ibu? Apakah peranan dan tanggungjawab sebenar seorang anak perempuan sebelum dan selepas berumah tangga? Benarkah jika suami saya tidak mengizinkan saya memberi sebarang perbelanjaan kepada ibu, saya harus mematuhinya?

Anak Keliru

Untuk menjawab soalan puan, lebih elok saya kupas dengan lebih lanjut apakah definisi dan takrifan nafkah menurut perspektif hukum syarak. Asal makna nafkah ialah mengeluarkan atau menghabiskan. Nafkah menurut istilah syarak ialah semua perkara yang diperlukan manusia seperti makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal.

Ada lima jenis nafkah, iaitu nafkah manusia kepada dirinya sendiri, nafkah usul (ayah atau datuk) kepada furu' (anak atau cucu), nafkah furu' kepada usul, nafkah suami kepada isteri dan nafkah lain.

Nafkah kepada diri sendiri, maksudnya ialah perbelanjaan untuk diri sendiri. Ia perlu didahulukan daripada yang lain. Nafkah ini meliputi semua perkara asas diperlukan oleh seseorang manusia seperti makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal. Sabda Nabi SAW yang bermaksud: “Mulakan dengan nafkah terhadap dirimu.”

Nafkah usul (ayah atau datuk) kepada furu' (anak atau cucu) iaitu bapa atau datuk (usul keturunan) berkewajipan memberi nafkah kepada anaknya dan cucu hingga ke bawah (furu' keturunan). Bapa bertanggungjawab memberi nafkah kepada anaknya yang sah menurut syarak, tiada beza baik anak lelaki atau anak perempuan.

Jika anak tidak mempunyai bapa, maka datuk wajib memberi nafkah kepada cucunya. Ini difirmankan oleh Allah SWT dalam surah Al-Talak ayat 6 yang bermaksud: “Kemudian jika mereka menyusukan anak untuk kamu, maka berikanlah kepada mereka upahnya.”

Dalam Surah Al-Baqarah ayat 233, anak disandarkan secara khusus kepada bapanya, yang memberi maksud bahawa bapa bertanggungjawab memberi nafkah kepada anak. Demikian juga cucu termasuk dalam hukum ini kerana persamaan atau 'illah di antara anak dan cucu ialah dari segi hubungan nasab (keturunan).

Islam menggariskan syarat usul diwajibkan memberi nafkah kepada furu', iaitu usul mempunyai makanan yang melebihi keperluan dirinya dan isteri untuk tempoh sehari semalam. Jika makanan yang dimiliki hanya cukup digunakan dalam tempoh itu untuk dirinya atau untuk diri dan isterinya, dia tidak dipertanggungjawabkan untuk memberi nafkah kepada furu'nya.

Furu hendaklah terdiri daripada kalangan orang fakir, dan juga masih kecil atau sakit yang berpanjangan atau gila.

Nafkah furu' kepada usul - seperti dalil dan syarat yang dijelaskan, furu' juga wajib memberikan nafkah kepada usul iaitu bapa, ibu, datuk, nenek dan ke atas. Dalilnya ialah firman Allah dalam surah Lokman ayat 15 yang bermaksud: “Dan bergaullah dengan mereka di dunia dengan baik.” Dalam surah yang lain, surah Al-Isra' ayat 23, Allah berfirman yang bermaksud: “Dan Tuhan telah perintahkan supaya engkau tidak menyembah melainkan kepada-Nya semata-mata dan hendaklah engkau berbuat baik kepada ibu bapa.”

Rasulullah SAW pernah bersabda yang bermaksud: “Kamu dan harta kamu adalah milik ayahmu, sesungguhnya anak kamu adalah sebaik-baik hasil usaha kamu. Oleh itu makanlah (harta) hasil usaha anak kamu.”

Tariq al-Muharibi r a berkata: “Aku sampai di Madinah ketika itu Rasulullah SAW sedang berdiri di atas mimbar berkhutbah kepada orang ramai. Baginda berkata: “Tangan yang memberi ialah tangan yang di atas. Mulakanlah dengan tanggunganmu; emak kamu, bapa kamu, adik beradik perempuan dan adik beradik lelaki kamu, kemudian orang yang paling dekat dan paling dekat.”

Nafkah daripada furu' kepada usul juga mempunyai syarat, iaitu anak (furu') mempunyai lebihan nafkah untuk keperluan dirinya dan isterinya. Jika furu' juga seorang yang fakir, dia tidak dipertanggungjawabkan memberi nafkah kepada bapa dan ibunya.

Usul terdiri daripada kalangan orang fakir, iaitu tidak mempunyai pekerjaan atau pendapatan, atau tua dan uzur.

Ibu tidak mendapat nafkah secukupnya daripada suami. Maksudnya seseorang anak wajib memberi nafkah kepada ibunya dalam keadaan di mana ibu itu tidak mendapat nafkah secukupnya daripada suaminya (bapa) atau jika bapa telah meninggal dunia. Jika ibu mendapat nafkah secukupnya daripada bapa atau jika ibu yang kematian suami (bapa) tetapi kemudian berkahwin semula dengan lelaki lain, maka anak tidak wajib memberikan nafkah kepada ibunya.

Bagaimanapun, jika anak ingin memberikan juga nafkah kepada ibunya, ia bukanlah suatu dosa, malah suatu amalan mulia yang mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT.

Nafkah suami kepada isteri - ulama bersepakat bahawa suami wajib memberikan nafkah kepada isterinya, dengan syarat isteri menyerahkan dirinya kepada suami, menurut kehendak hukum syarak. Isteri perlu mengikut suami tinggal di tempat atau di rumah yang disediakan oleh suaminya, melainkan tempat itu tidak sesuai untuk didiami menurut hukum syarak.

Jika semua syarat ini dipenuhi, suami wajib memberikan semua nafkah yang diperlukan oleh isteri. Puan boleh merujuk mengenai perkara ini dalam soalan Hak Muslim yang pernah disiarkan sebelum ini.

Berbalik kepada soalan puan, jika keadaan ibu memenuhi syarat yang dinyatakan di atas, dan jika tiada saudara mara lain yang membantu itu, adalah menjadi kewajipan puan untuk memberi nafkah kepada ibu setakat munasabah. Pada masa yang sama, tanggungjawab untuk menyara keluarga puan dan anak bukan tugas dan tanggungjawab puan tetapi ia adalah adalah kewajipan suami.

Ibu puan juga seharusnya menggunakan budi bicara yang baik kerana puan memberinya sekian lama dan dalam keadaan terdesak, dia seharusnya memahami dan tidak menuduh dengan kata derhaka terhadap anak sendiri. Ibu seharusnya mendoakan agar anak dimurahkan rezeki dan dapat memberi sumbangan kepadanya dengan lebih baik.

Mengenai keperluan mendapat keizinan suami, saya tidak berjumpa sebarang nas al-Quran atau al-Hadis yang melarang isteri memberi nafkah kepada ibu jika suami tidak mengizinkan.

Puan yang bekerja dan wang pendapatan adalah hak mutlak puan sebenarnya, maka terserah kepada puan bagaimana cara untuk menggunakannya dan beberapa jumlah wang yang ingin diberi kepada ibu puan.

Tetapi dari segi menjaga keharmonian rumah tangga, seharusnya suami isteri bersikap telus, saling berbincang terutama membabitkan kewangan dan sama-sama berusaha menghargai ibu dan mentua dengan baik. 

Assalamu'alaikum...

Dengan mengucapkan Bismillah...mudah-mudahan ieu blog seueur manfaatna kanggo kasaean sadayana....
hayu...urang sasarengan ngamajukeun almamater nu tos ngadidik...ngabimbing urang sadayana dugi ayeuna...